Rabu, 29 Oktober 2014

4 Hal yang Hendaknya Para Ayah Ajarkan kepada Anak-Anak Mereka

4 Hal yang Hendaknya Para Ayah Ajarkan kepada Anak-Anak Mereka

Artikel yang sangat baik untuk mengingatkan kita sebagai ayah yang sibuk bahwa ayah tidak boleh lupa mengajar anak-anak mereka melalui contoh dan perbuatan.


  • Ketika saya berumur 13 tahun, keluarga saya menghadiri perkemahan keluarga. Salah satu kegiatannya adalah memanjat tebing yang paling tinggi di pegunungan dekat situ. Saya memutuskan melakukannya dengan orangtua saya, meskipun saya takut akan ketinggian. Ketika saya makin dekat ke puncak dan jalannya makin sempit ketakutan saya makin meningkat. Pendaki lainnya menawarkan tali kepada kami untuk diikatkan di sekitar pinggang ayah saya dan saya. Tali ini memberi saya keberanian melanjutkannya hingga ke puncak. Ketika kami turun saya makin yakin dan takut saya berkurang. Saya melepaskan tali dan akhirnya memberitahu ayah bahwa saya tidak membutuhkannya lagi.
    Menoleh ke belakang pada pengalaman itu saya menyadari bahwa pengalaman itu adalah analogi sempurna tentang bagaimana para ayah membantu kita melakukan perjalanan dalam hidup, memberi kita dukungan yang dibutuhkan dan mengajar kita pelajaran yang kita butuhkan agar menjadi orang dewasa yang mandiri dan percaya diri. Empat pelajaran penting yang saya dapatkan dari ayah adalah pentingnya suatu pendidikan, perlunya melayani orang lain, memiliki etika kerja yang baik dan bersenang-senang dengan keluarga. Pelajaran ini dapat memperkuat hubungan setiap ayah dan anak.
  • Pendidikan

    Meskipun kakek dan nenek dari ayah tidak pernah mengenyam perguruan tinggi, ayah dan kedua saudara lelakinya meraih gelar dari perguruan tinggi. Contoh ini tidak pernah saya lupakan. Saya terdorong untuk menjelajahi dan menyelidiki kemampuan saya sendiri dan selalu berusaha dengan keras. Ayah selalu menunjukkan keyakinan yang besar pada kemampuan saya untuk berhasil. Suatu ketika, setelah mengunjungi kelas kimia untuk menyampaikan presentasi, dia menyadari bahwa guru saya tidak mengira kalau saya dapat berhasil dalam kelasnya. Dia meyakinkan guru tersebut bahwa saya mampu melakukannya. Setelah kejadian itu saya merasa yakin kepada kemampuan saya dan guru tersebut merasa memiliki harapan baru. Dengan kesadaran bahwa ayah sangat menghargai pendidikan membantu saya menghargai pendidikan juga.
  • Pelayanan

    Ayah saya mengajar saya membantu mereka yang kurang beruntung. Sebagai seorang anak saya masih ingat ketika keluarga kami menjadi Santa rahasia bagi keluarga yang tidak mampu. Kami membeli mainan, pakaian, makanan dan bahan-bahan lain untuk dikirim ke keluarga itu. Kami gembira berbelanja dan terutama mengirimkan barang-barang itu secara diam-diam.
    Beberapa tahun lalu selama kunjungan keluarga, ayah saya menyatakan bahwa teman-temannya akan merasa kehilangan dia. Setiap pagi dia berjalan-jalan sekeliling pusat kota Salt Lake. Dia berteman dengan beberapa orang yang kurang beruntung dan membeli sarapan buat mereka setiap pagi. Perbuatannya itu meninggalkan kesan kepada saya juga anak-anak saya. Mereka masih tetap membicarakan teman-teman kakek. Dia sungguh-sungguh memberi teladan.
  • Kerja

    Ketika saya masih remaja pada hari Sabtu keluarga kami sering mengerjakan sesuatu bersama. Apakah itu mencabuti rumput liar, mencuci motor atau mengerjakan proyek, kami diharapkan melakukan pekerjaan itu dan melakukannya dengan baik. Seringkali dia berhenti sejenak untuk memperlihatkan bagaimana mencabuti rumput liar dari akarnya, mencuci dan mengeringkan motor  atau jendela. Akhirnya saya dapat melakukannya sendiri tanpa bantuannya.
    Kalau ada proyek besar kami masing-masing diberi sebuah tugas, diajar bagaimana menyelesaikannya lalu ayah meninggalkan kami untuk menyelesaikannya sendiri. Setahun lamanya kami menggunakan setiap malam untuk mengecat interior rumah kami yang baru atau memberi lapis pelindung pada papan-papan temboknya. Sebagai seorang remaja, saya yakin saya tidak menghargai menggunakan begitu banyak malam untuk bekerja, tetapi saya senang memperlihatkan kepada tamu rumah baru kami yang papan-papan temboknya bagus dan almarinya di cat dengan indah.
  • Bersenang-senang

    Seperti pepatah “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian.” Selain mengajarkan kerja keras, ayah saya selalu menyempatkan diri untuk bersenang-senang dengan kami. Saya memiliki kenangan manis dilempar ke kolam yang dalam oleh ayah saya, bermain 
    Seringkali kami piknik .  Melalui pengalaman itu saya belajar untuk menertawai diri sendiri.
    Pengaruh ayah atas anak-anak mereka sangat besar. Dengan menyediakan waktu mengajar anak-anak Anda dengan kata-kata dan perbuatan, Anda sedang meletakkan dasar untuk keberhasilan masa depan mereka. Semua waktu dan usaha terasa ada harganya ketika anak-anak Anda belajar mandiri, sama seperti saya belajar melepaskan tali ketika memanjat puncak bukit itu.